Philips baru saja memperkenalkan inovasi terbarunya dengan menghadirkan H8000E headphone wireless yang menyelipkan konsep ramah lingkungan dalam paket teknologi mutakhir. Produk yang dijadwalkan akan meluncur September mendatang tersebut akan menjadi senjata perusahaan Belanda tersebut untuk merebut pangsa pasar audio premium dari dominasi Sony dan Sennheiser.
Di balik desain minimalisnya, H8000E mengusung driver 40mm berbasis graphene, material supertipis yang kerap dipakai di perangkat high-end. Menurut tim R&D Philips, struktur molekul hexagonal graphene dapat memangkas distorsi audio hingga 30% dibanding driver konvensional, khususnya pada rentang bass dan vokal.
“Kami ingin menantang persepsi bahwa produk ramah lingkungan harus mengorbankan performa,” ujar Product Manager Philips Audio Indonesia dalam jumpa pers virtual. Ambisi ini tercermin dari baterai 850mAh yang bisa diganti pengguna sendiri, serta bantalan telinga berbasis bioplastik hasil daur ulang.
Dari sisi fitur, H8000E mengemas lima mode ANC adaptif yang bisa dipersonalisasi via aplikasi, termasuk opsi “Transparency Plus” untuk memperkuat suara sekitar saat diperlukan. Teknologi beamforming microphone bertenaga AI diklaim mampu menyaring 90% noise lingkungan selama panggilan – angka yang setara dengan headset bisnis profesional.
Pada uji laboratorium, ketahanan baterai mencapai 50 jam dengan ANC aktif, melampaui Bose QC45 (24 jam) dan mendekati Sennheiser Momentum 4 (60 jam). Fitur fast charging 10 menit untuk 8 jam pemakaian menjadi nilai tambah bagi pengguna mobile.
Meski masih belum diungkapkan harganya, insinyur audio dari SoundGuys memprediksi H8000E akan bersaing di kisaran Rp 3,5-4 juta. “Ini harga nekat untuk segmen mid-range, tapi bisa jadi game-changer jika kualitas suaranya konsisten,” komentar mereka dalam analisis awal.
Philips juga mengkonfirmasi akan merilis lini produk pendamping termasuk headphone anak dengan sertifikasi IP54 dan sistem mini HiFi all-in-one.