Harapan tinggi Samsung untuk Galaxy S25 Edge sebagai smartphone tertipis di lini Galaxy S tampaknya belum terwujud. Sebulan setelah diluncurkan dengan gegap gempita, perangkat berdesain ramping yang hanya 5,8 mm dan berbobot 163 gram ini justru dikabarkan menghadapi tantangan penjualan serius. Laporan terbaru mengindikasikan bahwa Samsung terpaksa mengurangi volume produksi S25 Edge untuk bulan Juni, sebuah langkah tak biasa bagi produk flagship yang umumnya menikmati momentum penjualan kuat di awal.
Padahal, Galaxy S25 Edge dijejali spesifikasi mumpuni: kamera utama 200MP, sensor ultra-wide 12MP, dan chipset Snapdragon 8 Elite Mobile Platform for Galaxy yang identik dengan seri S25 lainnya. Namun, pesona teknis dan kampanye pemasaran Samsung tak cukup mendongkrak minat pasar. Performa penjualan yang lesu ini bahkan memicu pertimbangan ulang strategi lini produk Samsung ke depan. Awalnya, Samsung digosipkan akan meniadakan Galaxy S26 Plus demi varian Edge yang mengandalkan desain tipis. Kini, opsi mempertahankan S26 Plus kembali menguat seiring respons dingin terhadap S25 Edge.
Berbagai faktor ditengarai menjadi pemicu kelesuan penjualan ini. Dengan banderol $1.100, S25 Edge hadir dengan harga lebih tinggi ketimbang Galaxy S25+ ($1.000), namun tanpa beberapa fitur esensial. Ketiadaan kamera telefoto, kapasitas baterai yang lebih kecil akibat desain ultra-tipis, serta kecepatan pengisian daya kabel yang lebih lambat dibanding saudaranya, menjadi poin minus. Kritik juga datang dari para reviewer yang menyoroti isu manajemen termal, di mana perangkat ini menunjukkan penurunan kinerja saat beban kerja tinggi. Desain yang memukau, kualitas kamera utama, dan perangkat lunak memang mendapat pujian, tetapi kompromi-kompromi tersebut tampaknya membebani daya saingnya.
Menyikapi tren penjualan yang kurang menggembirakan ini, Samsung telah mulai menawarkan diskon signifikan untuk S25 Edge. Model 512GB tertinggi, misalnya, kini bisa didapatkan dengan potongan harga 20%, dari $1.219,99 menjadi $969,99. Diskon dini dan masif semacam ini kerap menjadi indikasi kuat adanya upaya pembersihan stok akibat rendahnya permintaan.
Situasi ini terjadi di tengah periode krusial bagi Samsung. Meskipun seri Galaxy S25 secara keseluruhan berhasil merebut kembali posisi puncak pengiriman smartphone global di Kuartal 1 2025 dengan 60,5 juta unit terjual, kesulitan S25 Edge menggarisbawahi risiko dari strategi desain ultra-ramping yang mengorbankan fungsionalitas kunci.