SHARE
Cyber Life

Dunia kecerdasan buatan (AI) kembali diramaikan dengan persaingan ketat antara dua raksasa teknologi, OpenAI dan Google. Keduanya berlomba mengembangkan model bahasa besar (LLM) dengan kemampuan penalaran tingkat tinggi yang memungkinkan mesin untuk “berpikir” sebelum memberikan jawaban.

Pada bulan September lalu, OpenAI memperkenalkan seri o1, LLM yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan penalaran dengan memungkinkan model untuk “berpikir” sebelum merespons. Pendekatan inovatif ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja di bidang-bidang yang menantang seperti sains, pengkodean, dan matematika yang menandai lompatan besar dalam kemampuan AI. Uji coba awal menunjukkan model o1 mencapai hasil terbaik dalam pemrograman kompetitif dan penilaian akademis.

Tak mau ketinggalan, Google juga turut meramaikan persaingan dengan meluncurkan Gemini 2.0 Flash Thinking pada 19 Desember lalu. Model yang berfokus pada penalaran ini, yang kini tersedia untuk pengembang melalui Google AI Studio mampu memecahkan masalah rumit dengan merinci proses berpikirnya secara eksplisit. Transparansi ini memungkinkannya untuk memecah pertanyaan kompleks menjadi komponen yang lebih sederhana yang meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya.

Keunggulan Gemini 2.0 terletak pada fungsionalitas multimodalnya, yang mendukung input seperti teks, gambar, dan audio. Dengan panjang konteks melebihi 128.000 token dan “knowledge cut-off” hingga Agustus 2024, Gemini 2.0 memposisikan dirinya sebagai alat serbaguna bagi pengembang di berbagai industri. Google mengklaim bahwa dengan meningkatkan waktu inferensi akan memberikan model lebih banyak waktu untuk memproses informasi dan Gemini 2.0 mencapai hasil yang menjanjikan dalam tugas penalaran. Namun, perusahaan belum merilis benchmark terkait klaim tersebut.

Potensi penggunaan praktis kedua model ini sangat luas. o1 dari OpenAI berpotensi diterapkan dalam pengembangan sistem “agentic” untuk dukungan pelanggan, optimalisasi rantai pasokan, dan peramalan tren keuangan. Sementara itu, Gemini 2.0 berfokus pada tantangan pemrograman dan matematika yang kompleks, dengan demo yang menyoroti kemampuan penalaran langkah demi langkahnya.

LAINNYA DARI MASTEKNO
Cyber Life
Persaingan Sengit Model Bahasa AI: OpenAI dan Google Berlomba Ciptakan Mesin “Berpikir”

Dunia kecerdasan buatan (AI) kembali diramaikan dengan persaingan ketat antara dua raksasa teknologi, OpenAI dan...

Games
Nintendo Switch 2 Bakal Usung Dock Lebih Gahar, Joy-Con Magnetik, dan Layar Lebih Besar

Para penggemar Nintendo tengah dihebohkan dengan rumor konsol generasi terbaru, yang kemungkinan akan dinamakan Nintendo...

Laptop
Lenovo Dilaporkan akan Rilis Laptop Rollable Pertama Di Dunia di CES 2025

Event Consumer Electronics Show (CES) 2025 yang akan segera digelar dipenuhi antisipasi kehadiran perangkat-perangkat inovatif....

Handphone
Tanggal Peluncuran Global OnePlus 13 dan OnePlus 13R Ditetapkan pada 7 Januari

OnePlus 13 akan segera diluncurkan di pasar global. Perusahaan telah mengkonfirmasi tanggal debut global untuk...

Software
Inovasi Terbaru, Threads Uji Fitur Penjadwalan Postingan

Meta kembali menghadirkan inovasi dengan menguji fitur baru di Threads yang memungkinkan pengguna menjadwalkan postingan...

Cyber Life
YouTube Berikan Opsi untuk Kreator Izinkan Perusahaan AI Gunakan Video untuk Latih Model

YouTube baru saja mengumumkan pembaruan penting yang memberikan kreator di platform ini kendali lebih besar...

Cyber Life
Adobe Luncurkan Alat Photoshop Baru untuk Menghapus Pantulan Jendela

Adobe memperkenalkan alat eksperimental baru untuk menghapus pantulan jendela dari foto. Fitur ini pertama kali...

Software
Instagram Hadirkan Fitur Penjadwalan DM, Sebelum Fitur Penjadwalan Postingan Tersedia untuk Semua

Instagram memperkenalkan fitur baru yang memungkinkan pengguna menjadwalkan pesan langsung (DM). Fitur ini pertama kali...

Games
Squid Game: Unleashed Bisa Dimainkan Tanpa Langganan Netflix di Peluncuran

Netflix mengumumkan di ajang The Game Awards bahwa game mobile multipemain Squid Game: Unleashed akan...