Di tengah gelombang rumor yang menyebutkan masa depan lini smartphone Sony kian suram, perusahaan akhirnya buka suara. Melalui Kepala Keuangan Tao Lin pada 7 Agustus lalu, Sony secara tegas membantah isu tersebut. Lin menegaskan, Xperia tetap menjadi “bisnis yang sangat penting” dan merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi teknologi komunikasi perusahaan.
Pernyataan ini diharapkan menjadi angin segar bagi para penggemar setia Xperia, yang sempat khawatir setelah muncul kabar tentang penarikan produk dan menurunnya pangsa pasar. Lin juga secara terbuka meminta maaf atas masalah cacat produksi pada Xperia 1 VII yang menyebabkan perangkat mati mendadak. Ia menjelaskan, masalah yang disebabkan oleh cacat papan sirkuit itu telah diidentifikasi dan diperbaiki. Program penggantian unit gratis pun sudah berjalan sebagai wujud komitmen Sony terhadap kualitas produk.
Meskipun mendapat jaminan dari manajemen, tantangan yang dihadapi Xperia tidak bisa dianggap remeh. Data menunjukkan pengiriman smartphone global Sony anjlok sekitar 40% pada tahun 2023, membuat pangsa pasarnya hanya menyentuh 3,5%. Angka ini membuktikan bahwa Xperia kini berstatus sebagai merek “niche” yang fokus pada ceruk pasar tertentu.
Di pasar global, Sony telah mundur dari Amerika Serikat dan kesulitan bersaing di Jepang, bahkan harus menyerahkan produksi handset ke mitra pihak ketiga. Situasi ini memicu kekhawatiran bahwa Xperia pada akhirnya hanya akan menjadi pemasok teknologi untuk divisi lain Sony, seperti sensor kamera dan konsol game.
Untuk menghadapi persaingan, Sony juga tidak tinggal diam. Perusahaan berencana menguatkan kembali portofolio kelas menengahnya. Bocoran terbaru mengisyaratkan peluncuran Xperia 10 VII pada Oktober 2025. Smartphone tersebut dilaporkan akan mengusung peningkatan signifikan, termasuk layar OLED 6,1 inci dengan refresh rate 120 Hz, chipset Snapdragon 6 Gen 4, dan kamera utama 50 MP. Langkah ini menunjukkan upaya Sony untuk kembali relevan di segmen yang lebih luas, tidak hanya mengandalkan produk flagship.